Friday, March 8, 2013

9 Gejala Stres yang Tersembunyi

Hampir semua orang pernah mengalami stres, baik karena pekerjaan,  masalah pribadi atau penyebab lain. Ada beberapa tanda atau gejala stres yang seringkali tidak disadari oleh banyak orang.

Berikut ini adalah 9 (sembilan) tanda tersembunyi yang memperlihatkan bahwa Anda sebenarnya sedang dilanda stres dan butuh lebih banyak waktu untuk tenang :

1. Nyeri haid

Perempuan yang mengalami stres cenderung dua kali lebih mungkin mengalami menstruasi yang teramat menyakitkan. Penelitian menduga, stres turut berkontribusi dalam mempengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh.

2. Mulut terasa pegal

Kondisi rahang yang sakit dapat menjadi tanda bahwa Anda sedang mengalami gigi gemeretak (bruxism), yang biasanya terjadi selama tidur dan dapat diperburuk oleh stres, kata Matthew Messina, DDS, penasehat konsumen untuk American Dental Association.

Menggertakkan gigi saat tidur termasuk dalam gangguan dalam tidur, yang juga disebut sleep bruxism. Kebiasaan itu merupakan kebiasaan yang tidak disadari pelakunya. Sampai saat ini, penyebab sleep bruxism ini tidak diketahui secara pasti.

Namun beberapa peneliti mengatakan, orang yang punya kebiasaan menggertakkan gigi saat tidur biasanya adalah orang sedang stres dan mencari solusi dari masalahnya. Kesimpulan tersebut dihasilkan berdasarakan penelitian terhadap 48 orang yang mengalami sleep bruxism.

3. Mimpi aneh
Efek mimpi biasanya akan memberikan suasana positif saat Anda tidur, sehingga meningkatkan suasana hati (mood) saat Anda terbangun, kata Rosalind Cartwright, PhD, seorang profesor emeritus psikologi di Rush University Medical Center. Akan tetapi, ketika seseorang sedang dilanda stres, mereka akan cenderung lebih sering terbangun sepanjang malam.

4. Pendarahan gusi

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan di Brazil dari 14 studi sebelumnya diketahui bahwa mereka yang sedang  stres memiliki risiko lebih tinggi mengidap penyakit periodontal. Peningkatan hormon stres (kortisol) yang berlangsung terus menerus dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh dan memungkinkan bakteri untuk menyerang gusi, kata para peneliti. 

5. Timbul jerawat
Stres dapat meningkatkan peradangan (inflamasi) yang menyebabkan jerawat, kata Gil Yosipovitch, MD, profesor dermatologi klinis di Wake Forest University.

6. Ngidam makanan manis

Kebiasaan mengudap coklat pada sebagian besar perempuan mungkin lebih disebabkan karena faktor stres dan bukan karena perubahan hormon. Kesimpulan tersebut berdasarkan hasil temuan para ahli dari Universitas Pennsylvania yang melakukan survei kepada para perempuan pra-dan pascamenopause. Hasilnya diketahui bahwa peneliti hanya menemukan sedikit penurunan prevalensi ngemil coklat pasca menopause. Peneliti mengatakan bahwa kondisi ini kemungkinan disebabkan stres, atau faktor lain yang memicu keinginan perempuan untuk ngemil coklat.

7. Kulit gatal

Sebuah studi di Jepang baru-baru ini yang melibatkan lebih dari 2.000 orang menemukan bukti bahwa mereka dengan gatal kronis (dikenal sebagai pruritus) dua kali lebih mungkin mengalami stres. Bahkan para ahli mengungkapkan, perasaan cemas atau tegang juga mungkin dapat memperburuk kondisi peyakit kulit lainnya seperti dermatitis, eksim, dan psoriasis. "Respon stres akan mengaktifkan serabut saraf, sehingga menyebabkan sensasi gatal," jelas Yosipovitch.

8. Alergi yang parah dari biasanya

Dalam sebuah percobaan tahun 2008, peneliti dari Ohio State University College of Medicine menemukan bahwa penderita alergi mengalami gejala lebih berat setelah mereka menjalani tes kecemasan. Hormon stres dapat merangsang produksi IgE - sebuah protein darah yang dapat menyebabkan reaksi alergi, kata peneliti, Janice Kiecolt-Glaser, PhD.

9. Sakit perut
Kecemasan dan stres bisa menyebabkan sakit perut, bersamaan dengan sakit kepala, sakit punggung, dan insomnia. Sebuah studi yang melibatkan 1.953 pria dan perempuan menemukan bahwa individu yang mengalami stres tiga kali lebih mungkin untuk mengalami sakit perut.

Meski begitu, peneliti mengaku bahwa belum ada hubungan yang secara ilmiah dapat menjelaskan antara stres dan sakit perut. Tetapi satu teori menyatakan bahwa usus memiliki hubungan dengan jalur saraf di otak. Jadi, ketika pikiran bereaksi terhadap stres, usus mengambil sinyal yang sama.

Sumber : Kompas

0 comments:

Post a Comment